Hehehehe. Bacanya: reusable. Begitulah. :) Saya tadi pagi belanja bersama Papa Mama ke toserba Griya Pasteur membawa dua kantong belanja (satunya dari SuperIndo, sih) dan berhasil memaksimalkan fungsinya hingga kami benar-benar bebas keresek hari ini! Yipiiii! :D Dapat payung cantik untuk anak cantik! *hah
Tapi saya sebel. Sama orang-orang. Mereka melihat tas reusable yang dijual di Toserba Griya/ Yogya itu sebagai sebuah tas biasa. Padahal, tas tersebut 'kan punya tugas mulia, yaitu mengurangi sampah plastik. Lagipula, bisa dibawa dengan enak, yaitu digantung di pundak. Udah gitu, nggak bakal jebol. Keuntungannya banyak, harganya murah. Fast acting, long lasting!
Paling aneh saya pernah lihat orang sekeluarga beranak dua gitu. Anak-anaknya ngeyel-ngeyel pingin beli tas tersebut (desainnya emang bagus loh tapi). Saya sempet, "Wow, anak-anak peduli lingkungan!"
Tapi begitu sampai kasir, saya pingin pundung deh. Dua tas yang mereka beli itu akhirnya ditaruh di kereta belanja, dan masuk ke kantong keresek dan semua belanjaan mereka tetap dikemas dalam kantong plastik jahat tersebut! *@&!()&^! Orang tuanya juga kok ya nggak ngeh dengan fungsi esensial tas tersebut?! Anak-anak itu apa nggak belajar di sekolah? Ah, gurunya juga nggak peduli kali ya. DODOL! CENDOL! KONYOL! Udah gitu, si Mbaknya juga kenapa nggak coba menawarkan/menjelaskan/menyugestikan? Dia juga nggak ngerti kayaknya.
Saya janji deh, kalau jadi orang tua, pasti anak saya dikasih tas reusable. Anak-anak, suami, dan saya mesti punya masing-masing kalau andaikata kami pergi berpencar-pencar (who's the lucky husband?)! :) Janji! *doain ya biar saya konsisten
Terus mengenai buang sampah...ah, begini. Kalau kata dosennya Kak Alia, guru violaku, orang Indonesia masih punya pola pikir primitif. Maksudnya, mereka percaya kalau sampah dibuang ke tanah pasti terurai. Ya, memang begitulah, kalau sampahnya kulit pisang. Lah kalau sampahnya kaleng cat? Plastik bungkus tutup air botolan? Tapi beberapa orang memang masih begitu karena mungkin pendidikan di sini masih kurang getol, dan kalau untuk generasi orang tua, akibat kaget oleh pembangunan dan modernisasi tapi masih susah mengubah kebiasaan.
Yang bikin saya pingin ngamuk, bahkan anak-anak sekolah saya dulu, di SMA, yang saya percaya pasti berpendidikanlah, dan kami hidup dengan koridor berubin putih bersih dan gedung sekolah tanpa ancaman rubuh (kecuali ada gempa 9,9 SR), tetapi mereka membuang sampah plastik dan apa saja secara barbar. Sembarangan. Bahkan, pernah saya kena lempar plastik bungkus tutup botol itu. Mukanya tenang-tenang aja lagi tuh yang buang limbah seenaknya. Bukannya kita dari dulu seharusnya diajarkan buang sampah di tempatnya, 'kan?
MINTA DIPENTUNG!!! *pakai sendal jepit Swallow
Klasifikasi sampah juga begitu. Ah, tebak aja skenarionya gimana. Dalam tong sampah organik ada plastik, di bagian anorganik terendam secarik kulit jeruk. Pemerintah juga mestinya ngasih penjelasan sih. Soalnya 'kan sebagian besar dari masyarakat Indonesia belum terlalu ngerti pembagian sampah. Jangan-jangan pemerintahnya aja nggak ngerti, tapi sok ikut-ikutan doang. Pintar, pintar.
Ah, baiklah. Saya udah kebanyakan ngomel nih.
Saya percaya Indonesia akan membaik untuk urusan lingkungan hidup ini. Pendidikan, majulah. Generasi muda, ayo kita beri contoh terbaik bagi adik-adik bangsa kita! Kita harus berubah, sebelum ini jadi gawat. Yuk kita bertindak sekarang juga! :D
cheers,
Ningrum Si Tukang Kampanye