Sabtu tanggal 18 Juni 2011, saya pergi sama guru piano, Kak Angie, naek Transline, ke Ibu Kota! *bangga lo?
Tujuan kami adalah Yamaha Building di dekat Plaza Semanggi tempat kami berhenti, mau nonton Yamaha Piano Competition 2011 tingkat nasional. Kabarnya bagus-bagus soalnya. Guru saya ngotot ngajak saya lihat, "Pokoknya kamu mesti nonton, Ningrum!"
Saya pun menaati amanat beliau dan kami berangkat. Jam 5 pagi kami berangkat dari Bandung, cuma berduaan di dalam mobil Transline-nya. Kami sama-sama ketiduran di dalam mobil, dan kami tiba pukul tujuh di Jakarta. Agak...kepagian sih. Makanya nongkrong dulu di Dunkin Donuts sembari mengobrol tentang parahnya mental orang Indonesia (nggak bercanda, lho). Udah gitu, begitu masuk Dunkin, kami mendengar siaran radio yang isinya kecelakaan-kecelakaan. Ah, nggak enak banget, pagi-pagi udah masukkin hal seperti itu ke kepala.
Tapi sudahlah, saya pun menyesap Latte Tiramisu hangat seharga tujuh belas ribu lima ratus Rupiah. Ya itu, sambil ngobrolin orang-orang Indonesia.
Sejam kemudian kami ke gedung Yamaha. Setiap kali mau naik elevator, lupa mencet tombol terus (dan kenapa ya, yang lupa dua-duanya, minimal ada satu orang inget, kek). Namun kami sampai dengan selamat di lantai lima setelah keliilng kota ke lantai tiga dan empat.
Jam setengah sepuluh, ada gladiresik sekaligus nyoba piano. Itu kaget tahap satunya, kawan-kawan. Yang ikut masih kecil-kecil, unyu! Tapi begitu nyentuh piano di panggung, mainnya gila-gilaan! Umur mereka berapa sih, belum tahu. Soalnya belum dapat buklet.
Hanya saja, bayangkan:
Seorang bocah kecil, duduk di bangku pianonya pun di ujung banget, kakinya lurus 45 derajat nyentuh pedal, udah susah payah, pokoknya badannya masih kekecilan banget!
Ia menarik nafas.
Lalu ia meletakkan tangannya di atas tuts hitam-putih tersebut.
Dan ia memainkan salah satu
etude berjudul
Winter Wind karya Chopin. WOW banget! (seperti
ini lah kira-kira, tapi
live, jadi bikin merinding bener-bener merinding).
Saat pertunjukan sebenarnya dimulai, tambah-tambah deh saya syok! Anak-anak kecil itu kok main lagunya canggih-canggih, ya? Yang partiturnya aja saya kadang nggak berani baca saking dahsyatnya! Umur mereka rata-rata 6-11 tahun, ini yang kategori A. Bikin merinding karena kaget sama ukuran mereka yang kayaknya kontras sekali dengan kematangan bermain mereka. Gayanya dapet, musiknya mulus, rapi-rapi...beuh!
Kategori B sensasinya lain. Usia mereka sekitar 12-20 tahun, ada sembilan orang. Memang sudah lebih jadi, tapi ternyata tidak serapi anak-anak kecil dari Kategori A. Cuma, di sini cowoknya banyak, dan melihat mereka main piano...aih...jatuh cinta aja lho. Kayaknya memang kalau cowok lagi main musik, gampang bikin terpukau. Saya sampai nggak nafas aja nonton salah satu kontestan dari Batam! Terus yang terakhir, namanya Wilson, itu mainin lagu gaya Meksiko dengan kerennya. Pakai loncat-loncat segala. Di akhir lagu, ia memainkan beberapa nada, berdiri, dan membanting tuts keras-keras sebagai penutup (dan memang buntut lagunya begitu). Saya lagi-lagi nggak nafas selama lima menit lebih! *masih hidup juga
Dan akhirnya...setelah sekian lama...TOMBOL SAYA KEPENCET BENERAN! Begitu balik dari Jakarta, sudah diasupi Fish Sandwich-nya A&W, saya betul-betul mandi, makan, latihan piano dari jam delapan sampai jam sembilan lebih. Latihan pianonya sepenuh hati, sampai terharu sendiri. Saya mikir, masa saya nggak bisa, sih? Anak kecil aja bisa semaksimal itu, masa saya ogah-ogahan? Sebegitu parahkah sifat moody saya?
Memang saya cinta banget sama piano. Maaf ya, kadang-kadang saya suka menelantarkan piano karena merasa sudah bisa, padahal saya belum berlatih maksimal!
Terima kasih, Kak Angie, sudah mengajak saya ke Jakarta, sehingga tombol saya kepencet. Hihi! :D Senangnya! Sekarang saya punya semangat main piano yang berjuta-juta lipat ganda!
xoxo