sepintas kecerewetan

Rabu, 06 Oktober 2010

Engkong

Pagi kemarin, Engkong saya, yang menjadi ketua komplotan keluarga besar saya, dipanggil Tuhan dalam keadaan terbaring di ranjang, pagi-pagi subuh, dan tanpa diketahui siapa pun. Orang yang pertama kaget karena Engkong nggak bergerak adalah mbak penjaganya, yang kami panggil Mbak Pipit. Terang aja dia kaget! Masih pagi, tahu-tahu dia mendapati bahwa Engkong yang selalu ia rawat tidak membuka mata di usia 86 tahun.

Lantas, kami semua tahu-tahu terkumpul di rumah keluarga di Jalan Gempol, Bandung. Ngobrol, tapi sambil nangis. Nangis, tapi terus ketawa. We have so many memories about him that makes us missing him a lot!

Engkong seorang fotografer nonpro. :) Ke mana-mana bawa kamera kunonya, memotret cucu-cucu lagi nongkrong di Kebun Binatang (sampai angkatan Abangku tuh). Foto-fotonya bagus banget!

Engkong juga selalu menawarkan kita semua, cucu-cucu, anak-anak, dan siapa saja yang ke rumahnya untuk: MAKAN!
rekonstruksi:
*pintu dibuka (kriek)
"Halo, Kong!"
"Daaah! Ayo makan!"
catatan: berlaku untuk semua tamu
Secara pribadi, aku sering banget ditawarin ikan. Karena Engkong suka ikan dan tahu kalau aku juga penggemar ikan. Dari kecil, aku langganan makan lele goreng bareng Engkong. Besaran dikit, kepala kakap ala Padang (udah kuat makan pedes). Dan lain-lain...segala macam ikan. Engkong, makasih ya, memaksaku nelan protein! Hahaha... :) Bersyukur selalu ditawarin makan. Cuma Engkong yang kayak gitu.

Nggak cuma orang, Engkong juga sering duduk-duduk di depan dan ngerobek-robekin roti tawar buat burung-burung gereja yang sering nongol di sore hari. Kalau ada sisa, dikasih ke anjing peliharaannya. Kebiasaan itu nular juga ke keluargaku. Selalu ngasih makan burung. :P Sampai burung-burung gereja pada bunder-bunder kekenyangan.

Engkong juga jago mengolah kayu. Kita dibuatin kuda-kudaan dan kambing-kambingan dari kayu. Buat kita! Biar kita bisa main. :'-)

Satu lagi. Engkong sukaaaa banget lagu Jembatan Merah. Tiap kali aku ke sana, pasti disuruh main piano. Harus lagu Jembatan Merah. Udah kayak lagu wajib aja. :) Lagu itu sepertinya memang memiliki kenangan tersendiri buat Engkong, yang ada kaitannya dengan almarhum Emak, isterinya. Tiap kali aku main, Engkong nyanyi, sembari nangis juga. Huhuuuuu!

Masih banyak sekali cerita tentang Engkong. Tapi, yang ini sampai sini dulu. Kalau ada sumur di gurun boleh kita minum yang banyak... :)



4 komentar:

Royke Ng mengatakan...

Halo, Ningrum.

Turut berduka cita, ya. Maap sy br tau. GBU all

Ningrum mengatakan...

Makasih, Mas Royke. :) GBU! :)

Anonim mengatakan...

T_T (<-- beneran!)

Yg gw (ga tau knp) ga lupa2 itu, kalimat "Ningrum, ayo makan pisang!"
Ya,.. sama Jembatan Merah sore2 sm engkong pake seragam SMA di piano kayu..
(Aduh.. nangis lagi..)

Ningrum mengatakan...

Huhu. Benar. Pisang. Kalau nggak, ikan, atau apa aja yang lagi gres di rumah itu. :( Iya. Kita ngeband terus aransemen Jembatan Merah yuk! :)