Siang itu begitu damai.
Saya melukis Lindsay Lohan dari majalah ELLE, Mama membuat kartu ulang tahun. Saya menyetel lagu, Mon Coeur Mon Amour dari Anaïs.
Lantas terdengar suara ZRUUUT! yang tampak dekat dari arah belakang, dari ambang pintu di belakang punggung saya. Di belakang sana ada dapur dan ruang belakang tempat menyimpan dus-dus.
Entah kenapa, saya bergerak cepat karena takutnya ada yang jatuh atau apa (biasanya dicuekin). Jadi saya intip ke dapur, dan saya...melihat...buntut. Ya, buntut Si Biawak Bravowati/wan, sedang berjalan masuk ke dapur, terbirit-birit.
Sedetik kemudian saya baru ngeh...
ASTAGA!
Saya langsung menutup pintu tembusan yang tadi ada di belakang punggung dan langsung lapor, "Mama, biawaknya ada di dapur!"
Mama loncat ke telepon dan menelepon Pak Wahyu manusia sakti kepercayaan ibu-ibu BakJer. Kami sama-sama panik dan bingung. Sementara saya takut salah lihat, kan udah bikin rusuh sekampung, gawat banget...
Tapi mau ngecek ke dapur pun saya takut. Hiihiii...
Di tengah-tengah penantian akan Pak Wahyu yang tak menjawab telepon serta tak kunjung datang (sudah titip pesan sih, sama mbok yang di rumah adiknya pemilik rumah saya), saya juga harus manjat-manjat genteng dan moncor dari jendela (keren abis!), demi memindahkan jemuran ke bawah pergola (yang juga dibikin biar biawaknya nggak jatuh ke mesin cuci). Saya mengendap-endap kayak Spiderman gitu ceritanya. Rumah saya di lantai dua soalnya. Dari tempat jemur, saya mengintip ke dapur, tapi tak ada apa-apa. Asumsi saya bahwa mungkin atapnya jebol sehingga Si Biawak Bravonita jatuh, tak terbuktikan karena langit-langit masih utuh. Kemudian saya melihat...seonggok debu. Debu besar entah apa yang barangkali kebawa masuk sama dia.
Setelah itu, Pak Wahyu datang! (haaaleluya) Pak Wahyu langsung ke dapur, merangkak-rangkak, tapi tak menemukan si biawak. Saya jadi khawatir sudah salah lihat... tapi Pak Wahyu berteriak, "OH, ADA, NENG!"
Saya malah makin deg-degan. Sambil merayap pulang ke ruangan tadi saya berada lewat jendela lagi, saya mendengar Pak Wahyu 'mengacak-acak' dapur dan beberapa saat kemudian telah menggendong sang biawak dengan menggunakan keset buluk! Dia tak berdaya dalam cengkeraman Pak Wahyu. Masih hidup, tapi lehernya dipegang sehingga ia tidak bergerak-gerak.
Pak Wahyu pun membawanya ke bawah, dan...inilah dia, pertama dan terakhir kalinya, saya persembahkan:
Saya melukis Lindsay Lohan dari majalah ELLE, Mama membuat kartu ulang tahun. Saya menyetel lagu, Mon Coeur Mon Amour dari Anaïs.
Lantas terdengar suara ZRUUUT! yang tampak dekat dari arah belakang, dari ambang pintu di belakang punggung saya. Di belakang sana ada dapur dan ruang belakang tempat menyimpan dus-dus.
Entah kenapa, saya bergerak cepat karena takutnya ada yang jatuh atau apa (biasanya dicuekin). Jadi saya intip ke dapur, dan saya...melihat...buntut. Ya, buntut Si Biawak Bravowati/wan, sedang berjalan masuk ke dapur, terbirit-birit.
Sedetik kemudian saya baru ngeh...
ASTAGA!
Saya langsung menutup pintu tembusan yang tadi ada di belakang punggung dan langsung lapor, "Mama, biawaknya ada di dapur!"
Mama loncat ke telepon dan menelepon Pak Wahyu manusia sakti kepercayaan ibu-ibu BakJer. Kami sama-sama panik dan bingung. Sementara saya takut salah lihat, kan udah bikin rusuh sekampung, gawat banget...
Tapi mau ngecek ke dapur pun saya takut. Hiihiii...
Di tengah-tengah penantian akan Pak Wahyu yang tak menjawab telepon serta tak kunjung datang (sudah titip pesan sih, sama mbok yang di rumah adiknya pemilik rumah saya), saya juga harus manjat-manjat genteng dan moncor dari jendela (keren abis!), demi memindahkan jemuran ke bawah pergola (yang juga dibikin biar biawaknya nggak jatuh ke mesin cuci). Saya mengendap-endap kayak Spiderman gitu ceritanya. Rumah saya di lantai dua soalnya. Dari tempat jemur, saya mengintip ke dapur, tapi tak ada apa-apa. Asumsi saya bahwa mungkin atapnya jebol sehingga Si Biawak Bravonita jatuh, tak terbuktikan karena langit-langit masih utuh. Kemudian saya melihat...seonggok debu. Debu besar entah apa yang barangkali kebawa masuk sama dia.
Setelah itu, Pak Wahyu datang! (haaaleluya) Pak Wahyu langsung ke dapur, merangkak-rangkak, tapi tak menemukan si biawak. Saya jadi khawatir sudah salah lihat... tapi Pak Wahyu berteriak, "OH, ADA, NENG!"
Saya malah makin deg-degan. Sambil merayap pulang ke ruangan tadi saya berada lewat jendela lagi, saya mendengar Pak Wahyu 'mengacak-acak' dapur dan beberapa saat kemudian telah menggendong sang biawak dengan menggunakan keset buluk! Dia tak berdaya dalam cengkeraman Pak Wahyu. Masih hidup, tapi lehernya dipegang sehingga ia tidak bergerak-gerak.
Pak Wahyu pun membawanya ke bawah, dan...inilah dia, pertama dan terakhir kalinya, saya persembahkan:
Motifnya luar biasa |
Aduh, lihat matanya... :'(( |
Dengan berat hati dan rasa ngeri sekaligus haru dan kasihan, saya ucapkan,
"Dadah, Biawak, jangan main ke rumah lagi ya... Berbahagialah di tempat barumu bersama Pak Wahyu yang baik hati. Jangan mau disate orang. Jangan lupa berdoa. Doakan kami sekeluarga. Dan, doakan juga saudaramu Komodo yang statusnya sedang diperjuangkan. Juga Orangutan yang di Kalimantan tempat asalnya dipenggal oleh orang-orang berhati dingin. Dan...semoga kau hidup nikmat sampai tua nanti."
with love,
Ningrum dan keluarga
:')
TAMAT
n.b: Coba ya, jangan ngerusak kebun atau gorong-gorong atau tanah kosong. Apalagi mengisinya dengan banyak sampah, seperti yang terjadi di belakang rumah saya sampai-sampai si Biawak bisa tersesat ke dapur...
epilog:
Habis berhasil makan gado-gado setengah porsi, Mama saya yang lagi nonton TV manggil, "Ning! Ini si Biawak ada di TV!"
Rupanya lagi ada acara petualangan, dan si orangnya melihat biawak yang persis kayak Si Biawak Bravo 'peliharaan-by-accident' saya itu. Cuma yang di tivi lebih gendut, sedangkan si Biawak B. kurus kering. Kasihaaan... Kasih makan yang banyak ya, Pak Wahyu. :')
Oh iya, saya sempat megang kakinya lho! Wuhu!
Setelah 3x mimpi tentang Biawak Bravo yang turun ke Bumi, versi pakai bikini bunga-bunga, versi berubah wujud jadi guru saya, versi jadi gede (yang tadi malam), akhirnya saya dan dia pun berpisah.
Terima kasih, terima kasih.
Baik-baik, ya.
2 komentar:
bye bye bravowati... dan hebat untuk bravowahyu, yang berani pegang biawak, saya pun gak mau dekat-dekat !! tapi btw saya pernah makan daging biawak :D .. kayak ayam lhooo
Bang Arman:
Haha! Bravowatinya lambai-lambai pake sapu tangan tuh... :'(( Waaa!
Saya iseng pegang tangannya, buntutnya, dan melongin wajahnya yang imut dan agak-agak mellow. Jadi sayang sama si biawak. Hahaha.
Beuh, daging biawak, siapa yang jual tuh? Kayaknya saya seumur idup nggak akan makan biawak. Inget mukanya... :S
Posting Komentar