Sejauh apa saya mengusahakan hal-hal yang
lebih baik bagi lingkungan hidup, juga kesehatan saya dan orang lain? Istilahnya sih: green effort saya sudah sampai mana ya? Penasaran, saya pun iseng
ngedaftar apa saja yang sudah saya terapkan dalam aktivitas sehari-hari yang
sejalan dengan prinsip pelestarian alam dan kegembiraan para hewan. Saya
akan tulis dengan Bahasa Campur Campur.
Karena usaha saya memang belum parfait. Biar cocok.
Hehe.
Oke, yuk kita daftar!
une Saya tidak pernah lagi memilih daging hewan berkaki empat
sebagai pangan pagi/siang/malam/tengah malam. Pokoknya nggak akan saya
pilih. Memang, ini langkah yang lumayan masih jauh dari keinginan saya
untuk going vegan. Tapi lumayanlah, karena tak hanya saya berhasil
hidup tanpa daging hasil penjagalan menyakitkan para herbivora bermuka lucu
itu, orang-orang di sekitar saya juga mulai ngerti untuk tidak memaksa saya
makan mereka. Semoga saya bisa lanjut ke tahap berikutnya, berhenti
melahap hasil penyembelihan unggas (walaupun khusus bebek sih saya udah
berhenti total!) sampai benar-benar tidak makan makhluk hidup dinamis alias
satwa. :)
deux Tiap belanja, saya sudah benar-benar jarang bawa pulang
barang + kreseknya. Apapun yang bisa diusahakan supaya bebas plastik atau
sampah pembungkus lainnya, saya benar-benar perhatikan. Kalau
ngasih-ngasih barang pun, saya suka ogah kasih pakai kresek. Nanti
kebiasaan! Mending nggak dibungkus sama sekali tapi dikasih pita, biar lebih
unyu. Atau alternatif lain, bungkus kain cantik yang terus bisa
dijadikan, yah, minimal, lap!
trois Saya sudah nggak cuci muka pakai pembusa! Lho? Penting?
Penting! Bahan dasar penghasil busa di produk pencuci muka, pada dasarnya sama:
Sodium Laureth/Lauryl Sulphate. Kalau kalian jeli, benda ini bisa
ditemukan pula di sabun cuci piring, deterjen baju, sampo, odol. Bayangin
deh. Lagipula, zat ini kurang ramah buat tanah dan air. Lalu,
gimana cara saya membersihkan muka? Saya bahas beberapa kali di sini. Cari
sendiri artikelnya di Archive ya! :)
quatre Laci saya penuh sampah. Maksudnya? Ya itulah maksud
saya. Literally. Laci saya penuh botol, kemasan, plastik
bungkus, kertas...semuanya bekas ini dan itu. Saya simpan karena
sebetulnya masih bisa dipakai ulang. Suatu saat, kalau butuh, saya nggak
perlu beli bungkus atau botol kosong. Stoknya banyak! :D
cinq Bicara soal perawatan kulit di poin tiga tadi, saya juga
beralih sebisa mungkin ke produk kepedulian-tubuh (alias body care) yang
seluruh isinya alami dan nggak mengandung binatang atau berasal dari binatang
(kecuali madu atau lilin lebah), kalau memungkinkan. Kadang bahan
sintetis masih baik, asal tahu yang mana dan sebanyak apa, serta fungsinya
sesuai. Saya juga nyari produk yang bisa dipakai untuk berbagai keperluan
sekaligus. Sabun nyatu sama sampo. Odol nyatu sama pelembap (tapi
nggak mungkin sih, atau mungkin?). Losion badan sama muka bisa satu
doang. Kenapa tidak? Dan kenapa mesti takut? Asal baca komposisi dan
memahami, kita bisa lho hidup superduper irit tapi tetap kece dan wangi! :D
Perlu ide? Cobalah dua merek yang sejauh ini saya bisa pakai dobel-dobel: Nicole's Natural dan Utama Spice.
Bingung males belanja? Buatlah sendiri! :)
six Saya hemat listrik! Belum terlalu gimana, cuma, setidaknya
kalau ninggalin kamar, saya matikan lampu. Kalau komputer dianggurin,
saya matiin. Jika charger nggak lagi isi daya, ya dicabut dan
digulung kabelnya. Energi listrik bisa kok kita hemat sebisa mungkin.
:D
sept Banyak bikin sendiri. Kado. Masker wajah.
Wadah ini itu. Gunakan barang bekas. Saya sudah mulai kebiasaan.
Kalau ditanya: apakah sopan kamu pakai karton bekas buat bikin kartu ucapan?
Atau kertas bekas jadi amplop? Kertas koran buat bungkus kado? Saya bilang
sih, ah, selama kita sopan ke Bumi, semua jadi sah dan sopan! *ups, terdengar
fanatik
huit Belanja sayur di tukang sayur. Lebih sedikit
bungkusan busa alias styrofoam yang dipakai, plastiknya juga lebih
dikit. TAPI, nah lho, ada tapinya ya! Kalau saya, saya selalu siapin
kantong kain khusus buat belanja ke tukang sayur. Sama aja bohong kalau
tuh sayur mayur masuk keresek juga. Udah mah dipakenya cuma dari
gerobak ke dalam rumah yang nggak sampai sepuluh meter jaraknya atau satu menit
waktunya, alias kebuang percuma, zat-zat di plastik bisa membuat sayur kita
jadi beracun. Jadi, jangan malu lagi buat nolak kantong plastiknya Mang
Sayur ya!
neuf Saya doyan naik angkot. Sebetulnya memang pingin
belajar nyetir mobil juga, soalnya, by reality, pergi malem-malem
sendirian bawa Devika naik angkot juga bukan ide yang bagus. Tapi,
seenggaknya kalau siang, saya usahain bisa ikut kendaraan umum supaya nggak
kebanyakan nyumbang polusi. Semoga nanti pas saya bisa nyetir, bisa
bermobil-ramah-lingkungan juga. :D
dix Saya membagikan pesan. Kalian yang pernah pesan novel
saya, logi-logi Cappuccino Paradise, mungkin dapat bonus stiker,
batas buku, dan sebagainya. Itu asli nggak bikin saya belanja tambahan
lho! Semuanya dari benda yang ada di rumah, malah barangkali bekas (no
offense ya!). Stiker yang saya kasih, bermuatan pesan
lingkungan hidup dari buku Acme Climate Action. Saya nggak tahu
dampaknya bakal sebagus apa nanti, semoga berdampak! Hehe.
Sudah sepuluh nih! Sesuai tradisi.
Selain sepuluh di atas, saya juga membiasakan diri bawa botol minum
sendiri. Yap, saya punya tumbler KEANE soalnya. Hihi.
Sekalian pamer *lho*
Lalu apa lagi? Macam-macam, cuma, belum
cukup konsisten, jadi saya rasa belum layak didaftar di sini. :)) Kalian
juga semangat ya!
Hal lainnya? Hm. Saya pingin
ngurangin delivery makanan, karena sampahnya buanyak. Dari keresek
luar, kadang dobel karena takut jebol, kemasan tiap makanan, every little
acar dan sambel yang dipisah diplastikin satu persatu... Namun apa daya, kadang
baik saya maupun Mama sama rempongnya nggak keburu siapin makan.
Sementara itu, para pria di rumah bukan pria dapur semua. :(
Semoga saya makin jago masak dan punya
waktu luang deh.
Dan semoga suami saya nanti pinter masak.
:p
Ada lagi? Sementara itu dulu. Yuk, kita hijaukan dunia yuk! Kasihan kan Bumi kalau
sesak nafas melulu! :)
Ngomong-ngomong, kalian sendiri, sejauh
apa kalian membantu membuat lingkungan jadi lebih baik dan asyik (kita tahu
kan, ini hal yang biasa banget dan wajib, sewajib bernafas)?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar