Salah satu tanggung jawab terbesar sebagai calon vegan adalah: kalau makan suka ngerepotin. Lah? Kenapa? Ya, bayangin aja, di restoran, daftar pesanannya bisa demikian,
"Halo, Kak, pesan bubur ayam nggak pakai ayam ya!"
"Tapi harganya sama, nggak apa-apa?"
"Oke."
Nah, dialog seperti itu terjadi sering sekali di kehidupan saya--terutama di rumah makan. Pecel lele nggak pakai lele? Fettuccine carbonara dagingnya ganti sayuran? Pokoknya, koki kafe pasti saya bikin ribet deh! Terus, paling lucu, 'kwetiaw goreng tanpa daging' mereka interpretasikan sebagai 'kwetiaw goreng nggak pakai ayam tapi pakai baso'. Jadi mereka pikir, baso bukan daging. Hahaha. Entah saya harus ketawa atau nangis.
Keadaan begindang bikin saya merasa, salahnya bukan di restoran. Bukan di saya juga. Bukan salah siapa-siapa memang. Ini urusan tanggung jawab masing-masing. Para pramusaji kan mempertanggung jawabkan tugasnya sebagai penyedia pangan bagi manusia yang datang. Nah, karena makanan saya kriterianya riweuh, alhasil saya memutuskan menjadi pramusaji bagi diri sendiri.
Alias masak tiga kali sehari, gitu?
Ehm, belum segitunya sih.
Di rumah, kami langganan katering. Jadi, mula-mula, saya harus makan sepenuh konsentrasi. Karena kadang, di balik sawi-sawi hijau, ada suwiran daging ayam. Di balik fuyunghai yang jingga, rupanya pakai ayam. Di tengah sayuran tumis, ada ayam. Kenapa di mana-mana ada ayam, sih? Kukuruyuk!
Nah, di luar hari-hari katering atau hari-hari ngafé, saya mau nggak mau harus masak. Masak apa? Apa saja yang bisa dimakan oleh saya atau sekalian seisi rumah. Sepupu saya doyan daging, tapi kalau dimasakkin sayuran, selama dia suka dan enak, ya dimakan. Mama dan Papa sih senang-senang saja sama makanan aneh-aneh eksperimen saya.
Lalu di luar masak memasak? Saya juga mencoba bikin susu kacang. Berhubung mau mengurangi susu sapi (lantaran itu jatahnya anak sapi, hei, bukan anak orang), saya jadi suka susu almond. Tapi apa daya, 250 ml susu almond saja harganya 25.000-35.000an. Mahal? Lumayan sih, kalau dijadikan konsumsi harian.
Alhasil, saya beli kacang almond saja, dan saya buat susu sendiri! Kapan-kapan saya buatin deh tutorialnya. Gampang kok! Segenggam almond dan 1 liter air bisa untuk 900 ml susu. Citarasanya? Tinggal modifikasi sendiri! ;)
Enak untuk dicampur granola atau muesli, dan dijamin sehat.
Sekian dulu apdetnya. :D
"Halo, Kak, pesan bubur ayam nggak pakai ayam ya!"
"Tapi harganya sama, nggak apa-apa?"
"Oke."
Nah, dialog seperti itu terjadi sering sekali di kehidupan saya--terutama di rumah makan. Pecel lele nggak pakai lele? Fettuccine carbonara dagingnya ganti sayuran? Pokoknya, koki kafe pasti saya bikin ribet deh! Terus, paling lucu, 'kwetiaw goreng tanpa daging' mereka interpretasikan sebagai 'kwetiaw goreng nggak pakai ayam tapi pakai baso'. Jadi mereka pikir, baso bukan daging. Hahaha. Entah saya harus ketawa atau nangis.
Keadaan begindang bikin saya merasa, salahnya bukan di restoran. Bukan di saya juga. Bukan salah siapa-siapa memang. Ini urusan tanggung jawab masing-masing. Para pramusaji kan mempertanggung jawabkan tugasnya sebagai penyedia pangan bagi manusia yang datang. Nah, karena makanan saya kriterianya riweuh, alhasil saya memutuskan menjadi pramusaji bagi diri sendiri.
Alias masak tiga kali sehari, gitu?
Ehm, belum segitunya sih.
Di rumah, kami langganan katering. Jadi, mula-mula, saya harus makan sepenuh konsentrasi. Karena kadang, di balik sawi-sawi hijau, ada suwiran daging ayam. Di balik fuyunghai yang jingga, rupanya pakai ayam. Di tengah sayuran tumis, ada ayam. Kenapa di mana-mana ada ayam, sih? Kukuruyuk!
Nah, di luar hari-hari katering atau hari-hari ngafé, saya mau nggak mau harus masak. Masak apa? Apa saja yang bisa dimakan oleh saya atau sekalian seisi rumah. Sepupu saya doyan daging, tapi kalau dimasakkin sayuran, selama dia suka dan enak, ya dimakan. Mama dan Papa sih senang-senang saja sama makanan aneh-aneh eksperimen saya.
Lalu di luar masak memasak? Saya juga mencoba bikin susu kacang. Berhubung mau mengurangi susu sapi (lantaran itu jatahnya anak sapi, hei, bukan anak orang), saya jadi suka susu almond. Tapi apa daya, 250 ml susu almond saja harganya 25.000-35.000an. Mahal? Lumayan sih, kalau dijadikan konsumsi harian.
Alhasil, saya beli kacang almond saja, dan saya buat susu sendiri! Kapan-kapan saya buatin deh tutorialnya. Gampang kok! Segenggam almond dan 1 liter air bisa untuk 900 ml susu. Citarasanya? Tinggal modifikasi sendiri! ;)
Enak untuk dicampur granola atau muesli, dan dijamin sehat.
Sekian dulu apdetnya. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar