Oke, mari kita bergandengan tangan, dan saling menguatkan dulu sebelum baca cuap-cuap yang satu ini. Kenapa? Karena, kalau kalian merasakan hal serupa, pasti rasanya pingin dikasih dukungan. :)
Belum ngerti? Baiklah, saya sih cuma pingin sedikit ngomong berbusa-busa yang masih ada hubungannya sama pos berikut.
Tapi, versi sekarang lebih mendalam, dan mungkin, segelintir manusia lain mengalami hal yang sama!
Memang topiknya apa, sih?
Begini, kenapa gaya hidup hijau masih saja belum jadi tren sengetren punya iPad, misalnya? Menurut saya, berhubung banyak sandungan-sandungan sosialnya. Saya beberin di sini, ya, curahan hati para alien Bumi pecinta lingkungan yang niat baiknya belum direstui:
"Saya pingin klasifikasi sampah, tapi diomelin Ibu, karena katanya repot."
Tenang, Kawan, ini masalah global. Apalagi kalau kita memulainya di rumah yang banyak penduduknya, karena akan selalu ada pro dan kontra di mana-mana! Pokoknya, mari tabah dan bujuk Ibu dan ajari orang serumah untuk membedakan tempat sampah kamu. Terus, yang paling penting, kalau di rumah memang cuma ada satu tempat sampah, ya, cari satu wadah lagi dong. Tunjukkan kalau tekadmu kuat. :D
"Nggak bisa bikin biopori, nih! Tiada lahan."
Saya juga belum punya biopori sampai sekarang. :'( Rumah saya di lantai dua, nggak bisa membuat lubang semeter. Tapi, alternatif untuk mengembalikan sampah alami ke alam, masih banyak kok. Coba saja Gugel 'cara membuat kompos tanpa lubang biopori'. Udah banyak gurunya di sana. Kalau saya, dengan sepenuh niat, saya manfaatkan saja tanah dan pot seadanya untuk menampung kulit pisang, bawang, cabai, biji tomat, dan semua yang nggak saya telan. Eh, beberapa bumbu dapur dan sayur malah tumbuh lho. :D
"Ceritanya mau matiin listrik untuk Earth Hour. Eh, si adik keukeuh pingin lihat kartun di tivi!"
Biarkanlah adikmu menonton dalam gelap, biar kayak bioskop. Kasian, anak kecil sekarang kan butuh hiburan. Kita semua pasti pingin menunaikan Earth Hour sempurna. Tapi, hemat energi kan mestinya udah jadi hobi kita sehari-hari. Kalau di hari-hari lain kamu boros listrik, lalu cuma inget buat nyimpen energi pas Jam Bumi, ya nggak ngaruh-ngaruh amat, sih. ;)
"Hari ini nyodorin tas belanja kain ke juru kasir di toko. Dia menatap dengan sangat aneh. Kesel deh!"
Iya, saya pun keki digituin. Tapi apa boleh buat. Kan belum semua orang mengerti. Setelah bertahun-tahun ngebiasain bertampang percaya diri dan menjinjing eco bag, saya mulai lebih cuek sama ekspresi-ekspresi mengejutkan mereka, kok. Semangat!
"Tas belanjanya ketinggalan di rumah..."
Karena itu mari siapkan selalu tas belanja (kalau perlu tiga ukuran) di tas, biar kalau ada yang dibeli tiba-tiba, nggak merasa berdosa lagi.
"Tapi, kata Bapak, kita butuh kantong keresek buat buang sampah."
Memang kenyataannya begitu. Apalagi, pengangkut sampah yang keliling biasanya nggak mau ngambil sampah kalau nggak dikantongin. Rumit, ya? Padahal kita pingin mengurangi plastik, tapi butuh plastik. Begini, deh. Coba cari alternatifnya yuk. Buat sampah, pakailah karung beras kosong, atau kantung lain yang sudah dipastikan tunakarya. Terus, kalau sampah organik sudah kita kelola di kebun dan tanah, kita kan nggak perlu tampung itu pakai plastik dulu. Langsung saja bawa ke kebun. Kantung plastiknya dihemat, buat sampah-sampah nonorganik. Setidaknya, dikurangi dulu sebelum bisa dihapus. :)
"Pengelolaan sampah di Indonesia kan amburadul."
Betul, karena masyarakatnya belum sama rata, sama rasa. Walau ngakunya gitu. :p Kalau semua orang kerjasama baik-baik, saya yakin pasti Indonesia berubah kok gaya ngurusin sampahnya. Makanya, ayo gandengan tangan, kita koordinasi!
"Masalahnya, pemerintah kita nggak care!"
Tapi kita bakal keburu lenyap ditelan asap, plastik, dan kemarahan, kalau kita nungguin pemerintah doang. Pemerintah kan cuma satu. Kita banyakan. Sepasukan. Ayo, gerak duluan saja, nggak usah nunggu pemerintah. Syukur-syukur, kita bakal merasakan pemerintahan yang lebih ramah lingkungan segera. Semoga presiden baru kita sayang sama Bumi. :)
"Ane bawa tumbler nih, gan. Tapi bocor. Buku-buku di tas pada basah."
Oh, itu masalah biasa. Makanya pilih botol minum yang lebih terpercaya tidak bocor walaupun jungkir balik dan salto, ya. Cuma, saya nggak mau memotivasi orang buat beli terlalu banyak botol minum, hihi, karena ujung-ujungnya pemborosan. Untuk sementara, pakai saja tumbler bocor kita, tapi, digiwing di luar tas. Oke? :D
"Kak, aku baru belajar jadi vegetarian. Tapi, ada yang ngomong: Vegetarian itu sayang binatang, kok makan makanannya binatang?"
Memang kami sayang binatang. Dan kami makan makanan yang sama dengan para herbivora. Apakah itu berarti kami merebut makanan mereka? Nggak. Kami sih pingin mereka nggak dibantai dengan sadis aja. Gitu. Ngerti? :) *senyum miris*
"Ngurangin polusi dengan sepeda memang asoy geboy. Tapi, mana jalur sepedanya? Terus, kalau naik kendaraan umum, banyak copet!"
Sebagai anak angkot sejawat, saya juga sedih sih, karena transportasi di sini belum diberi sentuhan maestro sehingga bikin orang-orang ogah. Dan, jalur sepeda susah dibikin karena jalannya udah penuh! Tapi, ingat hukum ekonomi nggak? Semakin banyak permintaan, penawaran akan menyesuaikan. Jadi, perbanyak saja makhluk penghuni bus kota dan angkot, pasti tuh transportasi publik bakal makin hip dan dipermak biar trendi. Ya nggak? ;)
"Udah, hemat listrik, jangan kelamaan komputerannya!"
Oke, oke, sebentar, mau beresin pos buat blog dulu, supaya kita bisa menggalang rasa silih asih silih asuh. Yuk, ajak teman-teman jadi alien Bumi yang setia! :D
1 komentar:
semoga tulisannya menginspirasi pembaca ya... :-)
kunjungi juga www.muslimgreget.com/2014/03/gara-gara-kesal.html
Posting Komentar