sepintas kecerewetan

Senin, 04 Juni 2012

Sebuah Ironi

Kalau baca judul di atas, mungkin Anda-Anda yang biasa baca blog ini, agak kaget.  Kenapa nih, si Ningrum, mendadak galau? Padahal kemarin masih mendadak es krim... 

Oke, saya memang aslinya orang galau.  Kadang membuat keputusan menakutkan sekali untuk saya.  Katanya sih itu memang sifat makhluk Flegmatis.  Makanya kalau mau ke toilet, saya sering berputar-putar dulu di rumah...cari bacaan yang asyik. Soalnya saya selalu perlu ditemani buku kalau 'bertapa'! 

Tapi, soal kantung keresek, saya nggak galau sama sekali.  Tiap kali terlanjur disodorin kantung keresek di kasir, saya balikin ke mbaknya, dan sambil senyum sumringah saya keluarin tas belanja saya yang bisa dipakai berulang-ulang dan nggak jadi sampah, saya masukkin sendiri belanjaan saya ke tas tadi.  Pokoknya saya nggak galau! Langsung serang! :D 

Oh iya, kalian sadar, nggak? Banyak swalayan bernama besar sekarang memakai kantung plastik yang bisa terurai selama 2 tahun saja! Buat saya, itu kabar yang baik, sekaligus ironis.  

Kenapa? Sebab, di kantung-kantung sejenis itu, biasanya ada tulisan begini: 

Lestarikan lingkungan.  Jagalah Bumi untuk kelangsungan hidup anak-cucu kita.  Cintai Bumi.  Kurangi penggunaan kantung plastik.  

Coba diulang yang terakhir: Kurangi penggunaan kantung plastik.  
Mungkin, tulisan demikian tertera di permukaan sebuah kantung plastik saja, sudah agak lucu ya.  

Mau yang lebih lucu? Tulisan tersebut sama sekali tidak mengubah kebiasaan seluruh penjaga kasir untuk mulai bertanya pada pembeli, "Mau pakai kantung plastik, Bu?" 
Boro-boro! Mereka bahkan masih cuek-cuek saja kalau ada ibu-ibu minta keresek dobel.

Mereka cuma seperti robot saja, asyik mencomot kantung plastik, mencemplungkan barang-barang dan kantung plastik bertulisan 'Kurangi Penggunaan Kantung Plastik' pun keluar mulus dari supermarket tanpa rasa aneh.  Aneh? Ya, buat saya, orang yang masih boros keresek itu aneh...bahkan mungkin alien.  Dia tidak tahu bahwa Planet Bumi terdesak dan tersedak oleh benda plastik satu ini!

Mungkin, dalam kasus ini, saya nggak bisa nyalahin kasirnya.  Soalnya, belum tentu mereka memang memahami bahaya plastik dan sebagainya.  Ini urusannya sudah ke pendidikan dasar.  Jadi, yang perlu dipertanyakan isi kepalanya adalah sang pengusaha swalayan.  Pasti dia 'kan, yang membuat perintah ganti pabrik kantung kereseknya.  Pakai yang bisa diuraikan dalam waktu singkat. Produksi tas belanja! Alasannya sih, saya nggak tahu.  Mungkin karena dia peduli, atau supaya trendi.  Walau kalau dilihat dari efeknya sekarang, saya rasa latar belakangnya cuma sekedar mau diberi label Salah Satu Swalayan Peduli. 

Soalnya, tulisan di kantung plastik itu tetap diabaikan oleh pihak kasir, pembeli, bahkan tas belanja yang mereka produksi, dengan LEBIH BANYAK petuah penghijauan, dipakai untuk tas gaul, oleh orang yang belanjanya tetap berkeresek.  Uh, saya mendingan pakai kostum ksatria baja hitam daripada bawa tas hijau-hijau buat buku tapi beli roti pakai keresek! 

Kenapa munculnya tas dan plastik berfilosofi indah itu tidak dibarengi dengan pendidikan? Pendidikan bagi para kasir, supaya mereka bertanya kepada pembelinya, "Tuan, Nona, mau pakai kantung plastik atau tidak?" 
atau
"Tuan, saya satukan saja odol dan biskuitnya dalam satu kantung, ya.  Odolnya aman kok, di dalam tube."

Dan mulai mempromosikan hal-hal seru ini:
"Tuan, Nona, bagi yang membawa tas belanja sendiri, ada hadiah coklat lho!" 
lalu
"Tuan, Nona, pakai kantung keresek, bayar seribu Rupiah ya." 

Kalau kebijakannya demikian, saya yakin, banyak orang akan beralih ke tas belanja pribadi yang tentu lebih kuat dari keresek, dan tidak perlu dibuang.  Bahkan jika rusak, kumal, dan menua, bisa dialihfungsikan menjadi kain pel!

Wahai, para pengusaha swalayan, didiklah staf kalian! Manfaatkanlah kekuasaan kalian untuk hal yang esensial dan ultrapositif! :D *ini saya masih kasih senyum nih, belum nimpuk pakai tomat*

Oke, sudah cukup panjang ya? Tapi saya masih mau ngoceh! :D 
Tadi saya bertanding melawan Monosodium Glutamat alias MSG, yang terdapat dalam bumbu penyedap makanan. 
Tema pertandingannya: sayur asem
Belakangan, karena sibuk dan segala macam, sayur asem di rumah saya suka ditambahi bumbu racik biar 'lebih cepat jadi lezat'.  Padahal, saya tahu isinya sama seperti bumbu dasar sayur asem, bahkan diberi tambahan cantik bencong bernama MSG.  
Karena nggak doyan sama si MSG dan lagi batuk, jadi males ketemu bubuk-bubukan, saya pun menyimpan bumbu instan di lemari, menantangnya: "Hei, Monos Glutam, saya bisa bikin rasa yang lebih enak dan lebih sehat darimu!"
Maka saya ngutak-atik sayur asem sendiri.  Memang butuh waktu lebih lama, karena saya belum hafal resep Mama, dan tidak tahu proporsi campuran gula merah dan asem Jawanya supaya rasanya setara si bumbu ber-Monos Glutam.  Saya giniin, gituin, tambahin, icip-icip, sampai akhirnya, ketika sampai di tangan Mama, sayur asem saya, yang asli tanpa daging dan tanpa bumbu instan, dibilang, "Enak!"

Hah! Mati kutu kau, Monos Glutam! 

Generasi instan, tak selamanya harus menuruti iklan-iklan yang menjunjung tinggi kecepatan, 'kan? Lama sedikit tapi bangga, apa salahnya? :) 

Bagi kalian yang mengerti apa maksud racauan saya hari ini, yuk, kita mulai bertindak untuk kebaikan bersama! :D Jangan jadikan tulisan di kantung plastik tidak membuahkan apa-apa.  

Tralala, trilili. 

:-* 

cup!






4 komentar:

Ganendra Awang Kristandya mengatakan...

waahhhh, saya pake tas belanja juga loo :D
tapi kadang2 lupa bawa -___- haha
salam kenal :D

Ningrum mengatakan...

Hahaha, horee, sebagai hadiah dikasih stempel Mickey Mouse *jadul amat*. :D Semoga ke depannya tidak lupa-lupa lagi. Saya juga kadang lupa bawa karena suka nggak memperkirakan akan belanja... :P

salam kenal juga! :)

Uli Kerenzia mengatakan...

Berkunjung :)

Unknown mengatakan...

lama sedikit tapi puas ya kan lebih enak jadinya, tapi kalo lagi males ya yg instant aja *eh haha
event blogger: review tempat makan favorit, berhadiah Galaxy pocket sama voucher2 lho!