sepintas kecerewetan

Selasa, 10 Agustus 2010

Mesin Pencetak Uang?

Saya kaget sendiri.

Ada keanehan di dunia ini, yang namanya tuntutan. Misalnya, ada teman saya nggak boleh masuk sekolah seni karena dikhawatirkan susah cari kerja. Terdengar biasa saja.
Tapi mendadak saya syok. Bukankah larangan semacam itu sangat kejam? Masa sih, itu tanda sayang seorang orang tua? Saya nggak ngerti. Apakah itu bentuk modern dari kasih sayang?

Oke. Di sini, kasusnya adalah...mengapa anak yang dicintai tak boleh berbahagia dengan topik yang ingin dilakoninya? Apakah itu sebuah wujud cinta?

Alasan orang tua memberi larangan sejenis tersebut mungkin begini: nanti hidup kamu susah. Nanti hidup kamu kekurangan. Kamu harus punya penghasilan. Ujung-ujungnya: kamu 'kan harus menunjang hidup kami di masa tua. Mau lebih menyedihkan: kami sudah membayarimu segalanya, dan sekarang, kami minta balas budi! Ada yang memang memikirkan kebahagiaan anak-anaknya, secara berempati, mungkin karena mereka hidup susah. Kalau untuk yang begitu, saya cuma bisa bilang, "Anda hebat sekali!" Namun bagi yang pertimbangannya di luar itu?

Saya syok. Sungguh. Apakah dunia bahagia hanya tentang uang? Apakah orang tua hanya senang kalau anaknya berduit banyak dan bermewah-mewah? Bukankah aspek hidup lebih kaya dari itu? Ke mana kata kasih sayang? Ke mana kata kepuasan? Ke mana kata ilmu?

Ayah, ibu, kami bukan mesin pencetak uang. Kami manusia. Kami mau melakukan hal yang kami cintai.

Tidak ada komentar: