sepintas kecerewetan

Minggu, 12 Februari 2012

Si Oui (baca: Uwi)

Sebagai pembuka, bacalah dulu kisah berikut: 


Cerita Bibip
 
Pada suatu hari, yaitu hari ini, tepatnya kira-kira pukul sepuluh pagi Sabtu tanggal 3 April 2010, ada kejutan lucu di rumah saya.  Masa, bisa ada burung entah dari mana masuk ke rumah!  Warna bulunya putih bercampur kuning mentega, diselingi kelabu karena debu, terutama di wajahnya yang lugu itu. Bangun tubuhnya gemuk.
Waktu pulang dari latihan orkestra, saya kaget karena burung tersebut bertengger di atas sandaran sofa rumah.  Saya sampai takut gerak, bisi kabur dengan kalapnya.  Tapi, waktu didekati, ternyata dia tenang-tenang aja!  Jadi, ya, saya melakukan aktivitas seperti biasa aja.
Sebuah ide lalu muncul di kepala saya: gimana reaksi burung jinak ini kalau dengar musik, ya?  Akhirnya saya nyalakan piano listrik saya, dan memainkan Sonata K332 dari Mozart.  Eh, di tengah-tengah lagu si burung menclok di atas tuts piano dengan cueknya!  Saya ketawa-ketawa.
Waktu saya berdiri juga, dia sempat terbang, panik, dan menclok selama sedetik di atas kepala saya.  Wah!  Manis banget! Selama beberapa saat, kelakuan dia lucu juga.  Malah, Abang muncul dan main sama dia dari jarak jauh, sampai memberinya gelar: Bibip.  Ngasal banget, deh!
Tapi dasar burung, sempat dia kelepakan di udara dalam ruangan rumah saya, menclok di jendela, dan tiba-tiba melakukan panggilan alamnya (baca: buang-buang sisa makanan yang tidak diserap tubuh)!  Dan kelakuannya itu dilaksanakan 2 kali di hadapan saya semua!  Dasar!
Papa dan Mama berusaha nangkep itu burung dengan keranjang pakaian.  Maksudnya mau disuruh makan nasi, terus dikurung, didorong ke pintu halaman belakang biar dia terbang.  Namun saban kali kita mau ngecup dia, dia langsung terbang!  Ya udah, deh, semuanya nyerah.  Sepanjang siang dan sore, Bibip seliweran di rumah.   Waktu saya belajar buat UAS sambil denger lagu Funny Little Dream, dia nyamperin saya gitu.  Lucuuu! Pingin dipelihara.  tapi dia hobi bertugas alam, jadi...kebayang deh betapa baunya rumah saya kalau dipelihara di dalam.  Ugh!
Detik-detik berlalu.  Berbagai usaha konyol sudah dilakukan oleh saya dan Mama dalam rangka membebaskan Bibip.  Namun apa daya, si Bibip betah banget keluyuran di rumah saya.   Akhirnya kami mengikhlaskan Bibip untuk bertingkah sekehendaknya sendiri aja.  Terserah deh dia mau apa!  *haha kayak pundung sama anak pembelot
Begitu diberi kebebasan, Bibip tiba-tiba aja jalan ke dekat pintu belakang.  Saya dan Mama buru-buru bergerak cepat.  Ditutuplah pintu ke ruang tamu, ditutuplah pintu dapur, dan saya pun membuka pintu halaman belakang lebar-lebar.  Tadinya Bibip diem aja, nggak nyadar bahwa di hadapannya ada kebebasan.  Waktu saya diemin, tiba-tiba dia celingukan di atas pipa air .  di halaman belakang! BRAVO!
Kami pun berpisah dengan Bibip.  Tanpa sempat memotretnya, karena kamera entah ada di mana.  Sampai jumpa, Bibip yang jinak! Semoga kau selalu sehat dan riang di udara!  Kapan-kapan mampir lagi.  Asal nggak kejebak di dalam kembali.  :D
 
Itu sudah bertahun-tahun silam (ya nggak sih, cuma setahun lebih! Hehe.) Kadang-kadang saya kangen sama dia saking sebentarnya kami berjumpa. :P 
Nah, kemarin sore, pas si Papa mau nyemprot kamar saya dengan obat nyamuk, eh, tiba-tiba Papa teriak, "NING! Burung tekukurnya duduk di jendela kamar kamu!" 
Ya, kami memang suka meneriaki para burung tekukur dengan, "Prikitiw!" karena kadang nyanyiannya terdengar seperti itu. :)  Tapi yang jelas, para burung tekukur memang suka ikutan makan nasi bersama burung gereja.  Bisa dibilang kami memelihara burung itu secara pasif. *turunan Engkong
 
Oke, soal si tekukur satu itu yang akhirnya saya panggil "Oui" entah kenapa--cuma lantaran enak disebut saja, dia begitu gendut dan warnanya putih mirip merpati, tapi mukanya bukan muka merpati.  Apalah itu.  Intinya, dia mojok di lubang ventilasi, di balik kawat kasa tipis yang dipasang di dinding kamar, semalam suntuk! Saya nggak ngerti dia ngapain.  
 
Praduga pertama sih, karena dia tahu mau ada hujan besar.  Memang bunyi gemuruh sudah terdengar, dan angin mulai berderai.  Barangkali burung lebih mengerti.  Makanya dia berteduh.  Benar saja, sekitar pukul sepuluh, memang hujan BESAR.  Cuma sebentar, tapi ya nggak tahu juga, wong saya ketiduran juga.  
 
Paginya, dia masih di situ! Sepertinya tidur.  Ketika tombol lampu saya nyalakan, dia lompat kaget, tapi lantas tenang kembali dan tahu-tahu cuci muka, gosok-gosok sayap, cuci-cuci kayak kucing, dan setelah berputar-putar sebentar dan nampak menyimak nyanyian burung-burung lain, tiba-tiba dia memandang saya sebentar dan terbang begitu saja.  Waktu saya cek dari halaman belakang, rupanya dia masih di atas genting, melayangkan pandang sembari menghirup udara pagi serta menyimak celotehan kawan-kawannya, sembari cuci-cuci badan.  
 
Siang tadi, saya tak melihat Si Oui lagi.  Namun saya harap dia baik-baik saja dan tak ditangkap orang. :) Terima kasih sudah mengunjungi saya, Oui! :* 
 
N.B. Hai, para hewan, kalian boleh kok nginep di rumah saya, kalau mau berteduh, berlindung, dan takut diburu, udah, ke sini saja, bebas kekerasan. :) #seandainya mereka bisa baca blog ini 
 
 

Tidak ada komentar: